Masih berdiri di sini
Kiri dan kanan tiada berteman
Depan dan belakang berpenghunikan sepi
Haruskan ia terus berlalu?
Tega meninggalkan hari-hari kelmarin
Terdiam
Ingin mulut berbicara
Namun hanya hati yang menjerit
Langit didonggakkan ke bawah
Bumi diangkat ke atas
Tapi tiada peluang untuk kepastian
Aku
Melihat semalam dan kelmarin
Ada kelompok kegembiraan bermain di taman hari
Tapi itu tidak secantik pelangi
Kelihatan segerombolan kesedihan menyanyi
Alunan gemersik lagu tangisan yang indah
Menenggelamkan warna-warna pelangi
Aku
Memandang ke arah kemungkinan
Esok yang ada di hadapan ku
Aku merenung tajam
Hanya kabus menjadi laluan yang nyata
Tongkat si keteguhan hati menjadi teman
Andai tongkat itu rapuh...
Maka aku akan tersadai di hari itu
Musim perjalanan harus bertukar
Kadang terhenti untuk seketika
Hanya melutut dan menunduk
Bila kaki tersandung kedukaan
Bila tongkat rapuh tak seteguh tiang yang menahan langit
Bila tangan digari kenangan semalam
Mata tak sanggup memandang wajah esok
Bisikan aneh menjadi peneman telinga
Hati mentafsir segala rasa
Aku dipaksa mendongak memandang ke hadapan
Ada yang menolong untuk berdiri
Tekad untuk berlari
Ada sinar yang menyuluh
Suatu kata terus berbisik
"Kau bukan selemah itu"
Melangkah sang kaki setapak
Mula bertenaga untuk berlari
Hijab esok mula tersingkap
Sebuah lukisan senyuman di dada langit
Aku tersedar ada tangan menarik
Menarik aku untuk terus mengejar waktu
Walau bukit esok setinggi langit
Aku pasti tangan itu akan membantu aku
Walau jurang esok seluas lautan
Aku pasti tangan itu tetap menemani
Aku yakin dengan sinar itu
Aku tahu Dia sentiasa dekat dengan aku
Kiri dan kanan tiada berteman
Depan dan belakang berpenghunikan sepi
Haruskan ia terus berlalu?
Tega meninggalkan hari-hari kelmarin
Terdiam
Ingin mulut berbicara
Namun hanya hati yang menjerit
Langit didonggakkan ke bawah
Bumi diangkat ke atas
Tapi tiada peluang untuk kepastian
Aku
Melihat semalam dan kelmarin
Ada kelompok kegembiraan bermain di taman hari
Tapi itu tidak secantik pelangi
Kelihatan segerombolan kesedihan menyanyi
Alunan gemersik lagu tangisan yang indah
Menenggelamkan warna-warna pelangi
Aku
Memandang ke arah kemungkinan
Esok yang ada di hadapan ku
Aku merenung tajam
Hanya kabus menjadi laluan yang nyata
Tongkat si keteguhan hati menjadi teman
Andai tongkat itu rapuh...
Maka aku akan tersadai di hari itu
Musim perjalanan harus bertukar
Kadang terhenti untuk seketika
Hanya melutut dan menunduk
Bila kaki tersandung kedukaan
Bila tongkat rapuh tak seteguh tiang yang menahan langit
Bila tangan digari kenangan semalam
Mata tak sanggup memandang wajah esok
Bisikan aneh menjadi peneman telinga
Hati mentafsir segala rasa
Aku dipaksa mendongak memandang ke hadapan
Ada yang menolong untuk berdiri
Tekad untuk berlari
Ada sinar yang menyuluh
Suatu kata terus berbisik
"Kau bukan selemah itu"
Melangkah sang kaki setapak
Mula bertenaga untuk berlari
Hijab esok mula tersingkap
Sebuah lukisan senyuman di dada langit
Aku tersedar ada tangan menarik
Menarik aku untuk terus mengejar waktu
Walau bukit esok setinggi langit
Aku pasti tangan itu akan membantu aku
Walau jurang esok seluas lautan
Aku pasti tangan itu tetap menemani
Aku yakin dengan sinar itu
Aku tahu Dia sentiasa dekat dengan aku
by :
anne alone all along
anne alone all along
No comments:
Post a Comment